A New Step Ahead

19 January 2014
Sudah berlalu enam tahun dan saya tak bisa menepati janji untuk kembali meramaikan halaman ini dengan buah pikiran saya. Kesibukan terlalu memerangkap dan apa daya saya terjerat. Hehe. Tapi, ada kabar baik yang membuat dunia saya kembali penuh warna sejak dua tahun silam. Akhirnya... ya akhirnya... cita-cita masa kecil saya terwujud juga. Keinginan menjadi seorang editor dan penulis bisa saya wujudkan dalam waktu bersamaan. Tanpa harus memilih salah satunya. Yipppi...
Cerita berawal dari diterimanya saya bekerja di sebuah penerbitan di kota saya sebagai editor bahasa Inggris. Bermula dari ketidaktahuan, saya pun sibuk mempelajari banyak hal yang berkaitan dengan masalah editing, layout, dan publikasi sebuah buku pelajaran. Hingga pada akhirnya menulis pun menjadi bagian pekerjaan yang harus dituntaskan seperti menulis sinopsis, artikel back cover, dan re-writing content. Setahun terakhir saya habiskan dengan mengerjakan beberapa proyek menulis dari mulai buku untuk sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Satu masa yang tidak akan pernah saya lupa adalah saat-saat pengerjaan proyek untuk tender pemerintah. Deadline ketat membuat saya harus bergerak serba cepat dan efisien. Alhamdulillah, semua bisa saya selesaikan tepat waktu dan hasilnya pun tidak mengecewakan. Buku yang saya tulis berhasil lolos revisi dan kini sedang menunggu hasil proses evaluasi akhir.
Dan ... kali ini pun saya masih sibuk berkutat dengan buku kedua yang harus segera selesai. Ini adalah sebuah tantangan dan saya harus menaklukannya :)

I'm Back

27 May 2012
Yes, finally saya kembali juga ke rumah ini setelah sekian lama tak terawat. Sudah lama juga ya, empat tahun tak lagi saya tinggalkan jejak kisah apapun di sini. Tak ada kisah apapun yang saya bagi di sini.
Padahal selama empat tahun itu banyak cerita yang singgah dalam perjalanan hidup saya. Banyak cerita yang seharusnya bisa saya bagi di sini. Walaupun semua berujung sama, pada satu kesedihan dan keterpurukan yang akhirnya membawa saya kembali  ke sini. Tak ada yang berubah sepertinya. Saya masih seperti dulu, dengan semua pikiran pikiran kusut yang selalu saya coba urai di tempat ini. Masih juga berkutat dengan segala bentuk kebodohan dan kesendirian sebagai konsekuensinya.
Hmmpfh... Ingin rasanya berbagi cerita lain, yang lebih indah dan lebih manis. Tapi mulai detik ini saya berjanji, apapun kisah yang terjadi, akan saya tulis dengan sudut pandang yang berbeda, sudut pandang yang lebih positif, karena tentu saja saya percaya, semua hal yang terjadi pada hidup kita adalah suatu pembelajaran yang mengandung banyak hikmah sebagai anugrah dari Yang Maha Kuasa.
Love to start blogging again ^^

Awal yang Baru

27 November 2008
Dulu aku sering berkeluh kesah tentang kungkungan rutinitas yang menjemukan

Sekarang aku menghela nafas dan memilih untuk bersahabat dengan kerasnya kehidupan

Dulu aku terbiasa memilih untuk berdiam diri dan berjalan di tempat

Sekarang aku mulai menentukan sikap dan berlari dengan cepat
Dulu aku kebingungan kemana akan menentukan arah

Sekarang aku bisa tersenyum menatap masa depan yang lebih indah

Karena aku telah memutuskan

Memantapkan hatiku dan melangkah maju
Meninggalkan semua ketidakpastian dan melupakan cerita lalu

Untuk awal yang baru

Jangan Nyontek Lagi, Ya…!!

11 October 2008

Menanggapi artikel seseorang dengan inisial FE yang dimuat di Pikiran Rakyat yang terbukti plagiat karena merupakan hasil penggabungan beberapa tulisan orang lain yang dikutip tanpa mencantumkan sumber, dalam hati saya berkomentar, berani benar ya orang ini, mencontek tulisan orang lain dari internet, yang jelas mudah di akses siapa saja, lalu mengirimkannya ke surat kabar, yang juga sudah jelas media publik yang bisa dengan mudah di baca orang, tanpa pernah berpikir bahwa tindakannya pasti akan cepat diketahui dan ujung-ujungnya hanya akan mencemarkan namanya sendiri.

Terpikir pula, jika masih saja ada orang nekat semacam itu yang berani mempublikasikan tulisan plagiatnya, bisa dipastikan masih banyak orang-orang yang berani mengutip tulisan tanpa izin meski bukan untuk dipublikasikan ke khalayak umum secara luas, entah itu berupa tugas sekolah/kuliah, makalah, karya tulis, skripsi, dan lain sebagainya. Dan itu artinya mereka adalah pihak-pihak yang lebih senang cari gampangnya saja tanpa mau bersusah payah dan lebih bangga bukan dengan sesuatu yang dihasilkan dari kerja kerasnya sendiri.

Teringat juga bahwa masih selalu saja ada dan terjadi cerpen yang dicontek orang, puisi yang disalin ulang, artikel hingga opini yang dikutip mentah-mentah . Belum lagi sudah tak terhitung banyaknya cerita film, sinetron yang disadur tanpa mencantumkan sumber cerita aslinya berasal dari mana.

Apakah hal ini memang sudah menjadi bagian dari budaya? Budaya contek-mencontek, tidak menghargai hasil karya orang lain, dan senang cari gampangnya saja?

Entah, saya tidak ingat lagi apakah dulu setiap kali guru-guru sekolah memberi tugas yang berhubungan dengan tulis-menulis pada murid-muridnya, mereka terlebih dahulu menerangkan etika tulis menulis yang benar secara terperinci dan jelas? Juga mengingatkan bahwa jangankan mengutip opini yang jelas tertulis, mengakui opini yang keluar secara lisan dari pihak lain sebagai hasil pemikiran sendiri saja sudah merupakan satu kesalahan?

Yang saya ingat adalah demi menghindari acara kopi mengkopi tugas yang dengan mudah dilakukan dengan sistem copy paste menggunakan komputer, alih-alih memberi tugas yang harus diketik rapi dengan komputer, beberapa dosen lebih senang memberi tugas yang harus diketik dengan menggunakan mesin tik atau bahkan harus ditulis tangan saja. Dan walaupun cara ini tidak sepenuhnya menghilangkan kebiasaan contek-mencontek tugas, para dosen berpikir setidaknya jika mencontek pun tidak asal copy paste tanpa membaca, tapi menyalin ulang dengan mengetiknya atau menulisnya kembali memberi peluang sang pencontek untuk setidaknya membaca apa yang disalinnya.

Mengapa harus bangga dengan hasil contekan? Mengapa tidak bisa berbangga hati dengan karya hasil jerih payah sendiri? Mengapa tidak ada rasa malu mengakui karya orang lain sebagai milik sendiri?

Kebiasaan ini sepertinya sudah mengakar dan sulit dihilangkan.

Lalu, jika sudah begini siapa yang harus disalahkan?

*gambar dari sini

Karena Hidup Tak Selamanya Indah

27 July 2008
Jujur saja, rencana menyepi sepertinya tidak membawa hasil. Kenyataan yang terjadi adalah pikiran saya masih sering kusut, hidup saya tidak mengalami kemajuan apapun yang cukup signifikan, dan saya masih juga belum mampu menata ulang hidup seperti yang seharusnya dilakukan. Memang sih, hidup saya ini tidak berantakan-berantakan amat..tapi kalau saya biarkan begini terus, lama-lama itu sama saja dengan membiarkan diri saya jalan di tempat. Dan saya tak mau itu terjadi.

Sayangnya, untuk saat ini saya hanya bisa pasrah melihat hidup mengalir sedemikian rupa, apa adanya, seperti biasanya dengan bonus beberapa “kejutan tak menyenangkan” yang terjadi. Berawal dengan kenyataan bahwa saya harus merelakan seseorang hanya menjadi mimpi selamanya untuk saya. Dan di saat saya mampu untuk benar-benar rela tetap saja saya jadi merasa sendirian, sedikit merasa kehilangan, dan sedikit merasa iri dengan hidupnya yang nyaris sempurna. Dan selanjutnya, saya akhirnya terpaksa membuka mata terhadap banyak kenyataan pahit dalam hidup yang membuat ketakutan-ketakutan akan hidup yang saya rasakan, yang rencananya ingin saya buang jauh-jauh, malah semakin membesar. Pada akhirnya, pikiran saya yang bertambah penuh sesak membuat saya merasa semakin tak menentu.


Nampaknya kali ini, saya hanya bisa menghela nafas dan bersabar. Barangkali, kejutan yang lebih menyenangkan akan segera terjadi dalam beberapa waktu ke depan, dan tentu saja, sedikit perubahan untuk hidup saya. Semoga.