Gugat Cerai -Bagian 6-



Hayati lelah, kata status lebay J. Coba hayati *beda maksud dengan hayati sebelumnya ya*., dan perhatikan dengan seksama riwayat2 di atas, pada bagian sebelumnya yaitu bagian 5. Sila klik https://www.facebook.com/latifaa/posts/10216673845213693. 

Istri mengakui bahwa ia tidak mencela suaminya dalam hal agamanya dan akhlaqnya. Agamanya luarbiasa, tentu!. bagaimana tidak, beliau adalah seorang Sahabat Nabi dari generasi terbaik ummat ini. Akhlaqnya pun luarbiasanya. Sejatinya jika agama baik, lurus, maka akan berimplikasi automatically pada akhlaqnya. Akhlaq yang baik muncul berdasarkan pada pemahaman agama yang lurus. 

Tahukah pembaca siapakah Tsabiq bin Qois, al-shahabiy al-jalil –Radhiyallahu anhu-, seorang sahabat mulia, yang ternyata dalam kehidupan rumah tangganya pernah di khulu’ oleh istrinya, tidak hnya sekali khulu’, tapi ternyata hingga 2 kali khulu’ dari kedua istrinya, bukan karena kejelekan agama ataupun akhlaq, tidak. Justru keduanya dipuji sendiri oleh si istri, dan diakuinya. Namun ternyata karena fisik semata yang mana fisik ini berada diluar control kita sebagaimana manusia sebagai makhluq Allah. Fisik adalah hal yang nisbi, tergantung siapa yang melihat. Fisik disini dapat mengakibatkan istri takut tidak akan menjalankan hak-hak Allah dalam RT, karena fisik, istri tidak bisa menerima, sdh berusaha belajar, pun masih juga tidak bisa menerima dengan lapang dada yang mana ia khawatir karena tidak suka dengan fisik ini dia tidak bisa menjalankan kewajiban sebagai istri, hingga mengakibatkan pengingkaran. Sebab ini yang mengakibatkan dia mengajukan khulu’ dan menjadi khulu’ yang pertama dalam agama Islam. 

Adz-Dzahabi merekam tentang sirah Tsabit bin Qais dalam kitabnya jilid 3/191. Tsabit bin Qais bernama lengkap Tsabit bin Qais bin Syamas bin Zuhar bin Malik. Bersuara lantang dengan bahasa yang fasih, lisan yang jelas, sehingga mendapat gelar khotibnya Rasulullah. Tsabit seorang sahabat dari suku Khazraj, dengan nasab yang bagus. Ketika berbicara maka orang yang mendengarnya akan merasa terpesona dengan ucapannya.
An-Nabulsi dalam situs resminya menyebutkan bahwa ia adalah pembicara resmi atau jubir Nabi disamping menjadi khatib Nabi. termasuk salah satu sahabat dari golongan cendekiawan pada masa Nabi. Rasulullah mempersaudarakan Tsabit dengan Ammar bin Yasir.

Kisah masuk Islamnya berawal dari ayat-ayat al-Quran yang ia dengarkan dari Mus’ab bin Umair, Sang Duta Islam pertama. Lantunan ayat-ayat yang didengarkan oleh hati yang bersih, maka akan meresap dalam jiwa, tertanam dalam kalbu hingga kebenaran ayat-ayat dapat ia rasakan. Terkenal di antara para sahabat yang lain ketaqwaannya, kedermawanannya, rasa cinta yang luarbiasa kepada Nabi, sifat Itsar dan keberaniannya. 



Tentang rasa takwanya pada Allah ataupun takut pada siksaanNya tidak perlu diragukan lagi. Suatu ketika turun pada Nabi ayat: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian angkat suara melebihi suara Nabi dan janganlah kalian berkata kepada Nabi dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, karena dengan demikian amalan kalian akan gugur, sedang kalian tidak menyadarinya.” (QS. Al-Hujarat: 2).


Karena ayat ini, Tsabit menjadi takut dan sedihnya luar biasa. Ia menyadari bahwa selama ini ialah orang yang bersuara paling keras di antara yang lain di hadapan Rasulullah. Ia khawatir jangan-jangan apa yang telah dilakukannya akan menghanguskan amal ibadahnya. Ia pun absen beberapa masa dari majlis Nabi, walaupun rasa cinta dan rasa ketergantuangan hatinya terhadap sang kekasih. Nabi pun mencari-cari informasi tentang Tsabit hingga didapati bahwa Tsabit sedang mengurung diri di rumahnya. Kemudian Nabi mengutus seseorang untuk memanggilnya.


Pada saat beliau SAW menanyai mengapa dirinya tidak pernah muncul, Tsabit dengan penuh rasa khawatir menjawab, “Sesungguhnya aku ini seorang manusia yang keras suara. Dan sesungguhnya aku pernah meninggikan suaraku dari suaramu wahai Rasulullah. Karena itu tentulah amalanku menjadi gugur dan aku termasuk calon penghuni neraka.”

Rasulullah menjawab, “Engkau tidaklah termasuk salah seorang di antara mereka bahkan engkau hidup terpuji, dan nanti akan berperang sampai syahid, hingga Allah akan memasukkanmu ke dalam surga.”


Dari Abu Hurairah, Nabi pernah bersabda: “Seorang laki-laki yang paling bagus adalah Tsabit bin Qais”. Tsabit mengikuti semua peperangan pada masa Nabi kecuali perang Badar. Tsabit wafat syahid pada perang Yamamah melawan kaum murtad pada masa khalifah Abu Bakar. Keberanian yang luar biasa dalam perang Yamamah di abadikan oleh buku2 Sirah Sahabat. Semua kemampuan yang ia miliki ia gunakan untuk membela agama Islam.

Sebuah kisah sahabat yang luar biasa perannya dalam agama Islam, namun sahabat pun memang seorang manusia pula. Dalam kehidupan rumah tangganya terdapat sisi manusiawi yang lain berada diluar kontrolnya. Pada akhirnya, kita teringat bersama ayat “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian….” Fisik tidak menjadikan seseorang menjadi mulia di sisi Allah, meski makhluqNya sering kali menjadikan fisik ini menjadi barometer dalam berinteraksi. Wallahu a’lam.

Ngaliyan, 11/2/2019




Labels: , , ,

Cerai Gugat (Bagian -4-)


Khulu’ yang menjadi salah satu bab Fiqih Munakahat, termasuk salah satu bagian dari perceraian, merupakan hak Istri jika memang ada sebabnya. Hukum ini termasuk salah satu dari sekian keadilan agama Islam yang memberikan solusi untuk wanita yang ingin berpisah dari suaminya, jika memang ada sebab-sebabnya. Eit, bukan berarti penulis mengajak pembaca untuk mengajukan khulu’, sama sekali tidak. Krn sejatinya perceraian adalah solusi terarkhir, ketika semua cara telah dicoba, namun tak membuahkan hasil, barangkali perceraian entah itu dengan talak atau khulu’ bisa menjadi solusi paling akhir.
Perlu menjadi pengingat bersama, adalah Salah satu amalan setan berusaha dengan batas kemampuan yang mereka miliki untuk menceraikan suami istri. Ngeri memang!
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: -hadis dalam Bahasa arabnya, jgn diskip, mhn supaya dibaca juga, insyaAllah spy dapat melancarkan membaca teks arab selain al Qur'an-.
إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat (setan) seperti engkau” (HR Muslim)

Hal ini barang kali karena memang perceraian memiliki dampak negative baik bagi diri sendiri ataupun keluarga dan masyarakat. Saking bahayanya, Al Munawi dalam Faidhul Qodir jilid 2/408 berkomentar tentang hadis ini: “Hadits ini menunjukan peringatan yang sangat menakutkan tentang celaan terhadap perceraian. Hal ini merupakan tujuan terbesar (Iblis) yang terlaknat karena perceraian mengakibatkan terputusnya keturunan. Bersendiriannya (tidak ada pasangan suami/istri) anak keturunan Nabi Adam akan menjerumuskan mereka ke perbuatan zina yang termasuk dosa-dosa besar yang paling besar menimbulkan kerusakan dan yang paling menyulitkan”
Ah, lagi-lagi kembali pada prolog di bagian 1. Rumah tangga mana yang ingin bercerai?! Karena memang menyakitkan. Sakitnya tuh di sini, katanya. Allahul Musta’an. karena ini adalah syariat maka, untuk syariat ini silahkan digunakan seperlunya sebagai solusi terakhir. Dan tentu jika dapat berdamai, itu adalah kebaikan yang berlipat. Namun, jika tidak, maka solusi terakhir dapat digunakan. Bukankah Allah juga berfirman sebagai penghibur bagi mereka yang sedang merasa sakit bukan main karena perceraian :

وَإِنْ يَتَفَرَّقا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِنْ سَعَتِهِ وَكانَ اللَّهُ واسِعاً حَكِيماً (130)

Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana. (QS. An Nisa: 130)

Al-Baghawi dalam tafsirnya 2/296 tentang ayat ini berkata: “jika mereka bercerai, barang kali Allah akan memberikan karunia kepada suami seorang istri yang lebih baik, dan seorang istri akan mendapatkan suami yang lebih baik dari suaminya yang dulu”.
Senada dengan al-Baghawi, Al Qurthubi dalam tafsirnya jilid 5/408 ketika menafsirkan ayat ini berkomentar: “Jika keduanya tidak dapat berdamai, tidak menghasilkan kesepakatan damai, lalu keduanya berpisah, maka hendaklah keduanya berhusnuzhon kepada Allah. Bisa jadi, seorang laki2 akan mendapatkan istri yang lain yang bisa membahagiakannya, demikian bisa jadi seorang perempuan akan mendapatkan kemudahan yang lain”.
Setelah berkomentar seperti ini al-Qurthubi menukil kisah yang diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad bahwa seorang laki mengeluhkesahkan kepadanya tentang kefakirannya, lalu Ja’far menganjurkannya untuk menikah. Si laki2 itu pergi, dan lalu menikah. Beberapa waktu kemudian ia datang lagi kepada Ja’far dan mengeluhkesahkan lagi tentang kefaqirannya, kemudian Ja’far memerintahkan untuk bercerai.

Ketika Ja’far ditanya tentang ayat ini ia berkata:
"di awal aku perintahkan ia untuk menikah, barang kali ia termasuk dari golongan pada ayat 32 dari surat al-Nur: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya…”.
"Setelah berjalan waktu, ternyata dia tidak termasuk gol tsb, maka ku perintahkan untuk bercerai siapa tau termasuk golongan ayat an-Nisa : 130 “Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya”.

Bersambung

Labels: , , ,

Tetangga -part 1-

Tetangga. ya, suatu kata yang saya rasa hampir semua orang hidup dan tinggal di rumahnya, sebelahnya pasti ada tetangga. alangkah enaknya hidup dengan ditemani tetangga yang baik. sayangnya, tinggal di apartemen di kuwait, yang namanya tetangga saya ko tidak kenal ya..:(. di apartemen saya ada beberapa lantai, 1 lantai nya ada beberapa flat, saya sendiri tinggal di ground floor, di ground floor itu sendiri, kira2 ada 6 flat...nah, jujur saja, sebenarnya kalo dihitung saya mempunyai banyak tetangga. tapi apa yang terjadi?..saya malah tidak kenal dengan mereka, bertemu juga jarang. mungkin sesekali lihat muka2 mereka ketika saya pergi/pulang ke/dari rumah. seringnya yang saya lihat anak2 yang sering main di halaman gedung, saya sapa mereka dan mereka pun polos2, senang melihat saya, juga melihat anak saya Asiya. tetapi untuk berinteraksi, sapa menyapa ko jarang, bisa dikatakan tidak pernah. hanya ada satu tetangga saya, tinggal di groundfloor juga, yang saya bener2 merasakan enaknya bertetangga. dengan tetangga saya yang satu ini, saya dan keluarga berinteraksi, kunjung mengunjungi. mungkin karena merekalah satu2nya orang indonesia sehingga interaksi tetangga ada, sedangkan yang lainnya bukan orang indonesia?..saya tidak tahu. yang saya tahupun, tetangga2 saya juga mungkin tidak mengenal saya. bagaimana dengan antum yang tinggal di apartemen2? di kuwait atau di manapun?..

sedih memang, tapi mau bagaimana lagi. nafsi nafsi lebih mendominan, bukan berarti saya ataupun mereka bermusuhan dan mempunyai masalah antara satu sama lain -naudzubillah-. mudah2n Allah memaafkan saya dan keluarga saya juga semua kaum muslimin.

berbeda dengan kehidupan di kampung saya. tetangga sangat dekat dengan keluarga saya. sapa menyapa, kirim mengirim makanan, arisan, gotong royong sangat terasa. hal yang saya rindukan.

alhamdulillah, meski begitu, saya senantiasa bersyukur, interaksi dengan orang indonesia di sekitar saya meski bukan satu apartemen, berjalan dengan baik. seminggu sekali saya dan ibu2 di sekitar saya ngumpul2, (mudah2n bukan dalam rangka nggosip), membaca al qur'an n sekilas tafsir beberapa ayat, bersama2 belajar menambah pengetahuan keislaman dan wawasan umum. mudah2n majlis tersebut merupakan majlis yang barokah. amin.

Labels:




www.flickr.com

© 2006 ummi asiya | Blogger Templates by GeckoandFly| diutak-atil olehabi asiya .