Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 02 Oktober 2009

Bakar Jembatan


Sumber gambar : denisrahadian.wordpress.com

Jika sudah memulai sesuatu, padamkan semua kemungkinan untuk kembali.

Kalimat tercetak tebal di atas adalah hikmah yang dapat saya ambil dari kisah yang saya baca dari Buku "Half Full-Half Empty" tulisan Parlindungan Marpaung. Dan kisah itu akan saya bagi dengan anda.

Julius Caesar adalah komandan perang yang berhasil merebut Pantai Britania karena strateginya yang cukup unik.Dalam catatan sejarah tertulis bahwa ketika Caesar berhasil mendaratkan pasukannya pada tengah malam yang dingin, sang komandan berdiam diri sejenak, sementara pasukannya sibuk merapatkan dan menyembunyikan perahu-perahu yang sudah mereka tumpangi. Mereka berpikir, setelah pertempuran selesai akan kembali lagi ke kapal induk dengan menggunakan perahu tersebut. Namun, betapa kagetnya seluruh pasukan ketika sang komandan berteriak, "Bakar semua perahu yang sudah kamu daratkan!"

Sebagai pasukan yang taat kepada komandan, merekapun dengan ragu-ragu akhirnya membakar semua perahu sampai hangus. Semua pasukan bertempur habis-habisan, karena mereka berpikir tidak akan kembali lagi. Jadi harus menang, atau mau bertempur.

Memang, sahabat, perjalanan menuju sukses kerapkali diwarnai oleh kekhawatiran sehingga terkadang membuat kita cenderung untuk kembali, bahkan mundur dari pergumulan hidup yang selalu dilalui. Hal ini pula yang membuat orang mengalami stagnasi pertumbuhan dalam meraih keberhasilan hanya karena takut tidak berhasil atau takut ditolak orang lain.

John C. Maxwell pernah mengatakan : "Kekhawatiran akan menghambat tindakan, tiadanya tindakan menuntun pada tidak adanya pengalaman, tiadanya pengalaman menuntun kita pada ketidaktahuan, dan ketidaktahuan akan melahirkan kekhawatiran"
Jadi ketakutan, jika tidak disikapi dengan baik, justru akan melahirkan sejumlah kekhawatiran baru.

Maka sekali lagi, hikmah dari kisah tadi adalah : Jika sudah memulai sesuatu, padamkan semua kemungkinan untuk kembali. Beberapa 'daya tarik' yang mampu menarik kita untuk kembali adalah keterikatan pikiran dan nostalgia kesuksesan masa lalu. Hapuskan itu dari otak kita.

Peristiwa Jenderal Julius Caesar sekaligus mengingatkan pada sebuah ilustrasi tentang seseorang yang menyeberang jembatan gantung. Begitu sampai di seberang, ia lalu mengambil api dan membakar jembatan tersebut sehingga seklipun ia berhadapan dengan binatang terbuas atau apapun yang membahayakan, ia tak akan kembali melainkan terus menghadapinya. Kalaupun terlampau berat, paling mengubah rute perjalanan.

Mari kita "bakar jembatan" kita, yaitu segala sesuatu yang membuat kita kembali dan surut ke belakang. Yang penting bukan darimana kita memulai, melainkan dimana kita berakhir. Inilah yang menggambarkan diri kita sebenarnya.



Selasa, 15 September 2009

Shaum Keduapuluhlima : Menulis Setiap Hari



Tulisan ini pernah saya posting di awal blog saya.
Tiba-tiba saya terkenang kakek almarhum serta ajaran beliau, maka kubagikan perasaan ini buat sobat semua. Semoga bermanfaat.

Kakek saya, Endus Supena, selama hampir 60 tahun tak pernah absen menulis catatan harian, bahkan pada saat yang terbadai (meminjam istilah Abdurrahman Faiz, penulis cilik putera penulis Helvy Tiana Rosa).
Beliau menulis secara rutin, tak terjeda, sejak usia 40 tahun sampai ajal menjemputnya di usia 107 tahun. Sebegitu setianya beliau pada catatan, kemanapun pergi buku harian tak pernah tertinggal. Aki (begitu saya menyapanya) dengan buku harian laksana gula dengan manisnya. Ia adalah dua kata berbeda tetapi memiliki satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Banyak permata yang saya dapat dari perjalanan hidup aki, diantaranya adalah pesan untuk selalu "menulis catatan hidup" sehari-hari. Meskipun peristiwa itu tak berarti dan remeh, tuliskan. Sebab kelak, saat waktu tak lagi sama, ia akan berubah menjadi sejarah yang tak terduga! Maka, tuliskanlah sekecil apapun artinya itu untukmu. Selami dan renungkan keseharian itu dalam bentuk kata-kata, maka kau akan menemukan betapa berharganya hidup, betapa berartinya dirimu dan alangkah sia-sianya waktu bila tak diisi dengan perbuatan.

Maka, ketika aki meninggal dunia, saat jasadnya tak lagi bersama kami, yang teringat dari peninggalan aki bukanlah harta dan tanah, melainkan buku catatan harian. Buku-buku itulah yang kami jadikan pusaka peninggalan tak ternilai.
Buku harian itu berjumlah 58 buah. Setiap 1 buku menyimpan perjalanan 1 tahun atau 1 tahun 3 bulan, tak sama, tergantung banyak tidaknya tulisan beliau. Semua catatan penting kelahiran, aqiqah, kematian, kelulusan, pernikahan para anak cucu mantu lengkap tertulis. Tiga malam pertama kepergiannya kami isi dengan membaca kisah hidupnya sekaligus perjalanan kelahiran serta kenakalan dan kesehaian kami anak cucu mantunya. Duh ... aki, hatur nuhun !

Kesetiaan.
Itulah yang saya genggam dari ketekunan aki menulis kesehariannya.
Kesetiaan pada hidup.
Kesetiaan pada keturunan.
Kesetiaan pada kebiasaan yang menjadikannya berarti.

Bagi saya ini sungguh luar biasa !
Sebuah mozaik yang dengan cermat beliau susun dalam hidup yang telah dianugerahkan Allah Yang Mahahidup. Mozaik itu kemudian menjelma sebuah pusaka sarat nilai yang beliau persembahkan bagi keturunannya. Tentunya untuk dijadikan teladan.

Kini...
mampukah saya menulis terus setiap hari?
Selama ini selalu saja ada rentang waktu yang kosong, baik hitungan hari atau bahkan minggu, lembaran harianku putih, tak ada kata, tak ada rasa. Tak pernah konsisten !

Konsistensi!
Itulah sesungguhnya yang diajarkan aki lewat kesetiaannya pada catatan harian.
Ternyata, menulis setiap hari, benar-benar setiap hari, tak semudah yang saya bayangkan. Di dalamnya terdapat banyak sekali virus kemalasan, ngantuk atau bahkan lupa!
Padahal, kata Pak Hernowo penulis "Spirit Iqra", menulis dan juga membaca akan menumbuhkan dendrit ( salah satu komponen penting di otak yang berfungsi mengalirkan dan mengait-ngaitkan informasi).

Pantas saja aki berumur panjang dan tak pikun hingga akhir hayatnya! Otaknya terus bekerja ...
Lagipula Sahabat Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah, mewasiatkan : "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya."
Lalu kalau begitu, agar selalu sehat, bernas, dan tak cepat pikun : teruslah menulis. Tulis apa saja.

Itulah pelajaran berharga dari almarhum kakek saya tercinta.
Semoga sekecil apapun yang saya lakukan dari ajaran aki, pahalanya sampai jua padanya.
Amiiin

Senin, 31 Agustus 2009

Shaum Kesepuluh : Evaluasi



Sepuluh hari pertama usai terlewati, apa yang telah kulakukan? Sepuluh hari pertama tertinggal di belakang, telah sampai manakah aku? Sepuluh hari pertama, bagaimana shaumku? Maka kutengok kembali hari-hari awal. Benarkah niat itu? Masih luruskah ia?

Apa yang terjadi dengan tilawahku? Seperti apa rupa lisanku? Benarkah ia (lisanku) terbimbing oleh niat shaumku? Bagaimana mata dan telingaku? Sudahkah ia (mata dan telinga) hanya memandang dan mendengar yang baik dan benar semata? Lalu, apa yang terjadi dengan tulisan-tulisanku? Bersuarakah?

Aku terdiam kelu ...

Allahku ...
tetaplah ada bersamaku
agar aku mampu melihat cerminku
untuk menipiskan noda di sekujur tubuh

(Nyatanya untuk menepati target posting setiap hari saja aku luput !! Bongkar Award dari teman-teman saja belum sempat kupenuhi. Duuuh ... )

Jumat, 28 Agustus 2009

Shaum Keenam: Menjumput Hikmah Andy's Corner


Ada yang menarik waktu saya menonton tayangan Kick Andy (my fav tv show) episode lama, Laskar Pelangi. Para tamu yang hadir untuk diajak 'ngobrol' ternyata memiliki rambut yang sama-sama keriting, cenderung kribo, persis sama dengan presenternya, Andy F. Noya. Lihatlah rambut Mira Lesmana sang produser, Riri Riza sang sutradara, dan penulis novel Laskar Pelangi Andrea Hirata, sama-sama ikal alias keriting. Belum lagi saat muncul penyanyi Sound Track filmnya, Giring Nidji, keriting pula!

Sungguh sebuah fakta yang menarik, mengingat semua hal yang terjadi di dunia ini tak ada satupun yang bersifat kebetulan, melainkan semua telah tertulis jauh sebelum manusia itu sendiri dilahirkan. Bahkan tak selembarpun daun yang jatuh yang luput dari kehendak Tuhan Yang Mahakuasa.

Lalu apa yang bisa disimpulkan? Bahwa semua orang yang berambut keriting cenderung kribo memiliki keistimewaan? Adakah hubungan antara rambut dan kecerdasan? Rupanya hal itu masih harus dibuktikan lewat penelitian. Buktinya orang-orang yang memiliki gelar profesor dan orang-orang pintar cenderung dekat pada prototype berkepala botak alias miskin rambut akibat terlalu banyak mikir! Benarkah??

Pikiran ngelantur itu tiba-tiba saja datang saat saya memandang sampul buku "Andy's Corner", kemarin. Efek dari merdekanya sebuah pengembaraan fikiran serta luasnya jagat alam bawah sadar, memang seringkali membuat benak tak mampu membendung kilasan-kilasan kejadian yang telah lewat. Berkelebatan bagai kilat memengaruhi kembali kepala dan hati kita saat ini.

Maka, ketika kata demi kata dalam lembaran buku itu saya telan melalui mata dan masuk dalam ribuan informasi yang pernah singgah di memori, saya terkesima pada sebuah konklusi yang kerap tak pernah tergubris, atau sebenarnya disadari namun kerap terabaikan. Yakni bahwa semua rentetan peristiwa masa lalu, saat ini dan akan datang adalah sebuah metamorfosa kehidupan yang telah diatur sedemikian rapi oleh Sang Pengatur, untuk kebaikan, sekali lagi : hanya untuk kebaikan, manusia.
Andy F. Noya, penulisnya, menuliskan semua curahan hatinya saat ia merasa tersisihkan dan terluka, menulis tentang orang-orang yang pernah hadir dalam acaranya, tentang orang-orang yang terinspirasi oleh semangat yang timbul akibat tayangan acara yang diasuhnya. Menuliskan apa saja yang pernah melintas di kehidupan masa lalunya. Ada benci, ada sedih, ada marah, ada penyesalan, ada haru, ada cacian, ada cemoohan, ada semangat, ada perjuangan, semua kata yang nampak miring itu, di tangan Andy menjelma menjadi sebuah rangkaian kalimat yang menggiring kita pada satu kata : Inspiring! senafas dengan acara yang diasuhnya di televisi.

Jelas sekali, Andy berusaha mengajak pembaca untuk memandang segala sesuatu, segala peristiwa, positif atau negatif, melalui mata hati yang jernih. Buku ini juga berfungsi bagaikan album fikiran (Prof.Dr. Komarudin Hidayat). Ada penawar yang diberikan usai membacanya, terlebih bagi mereka yang tengah galau dan tertekan. Perasaan-perasaan menghimpit itu akan segera hilang berganti dengan tumbuhnya semangat hidup. Sedang bagi mereka yang dalam keadaan normal bahkan sedang menggebu-gebunya akan rencana esok, maka hidup akan terasa lebih berwarna dan mendapat suntikan energi.

Dalam bukunya, yang sebagian besar berisi kisah di balik tayangan tacaranya di tv, ada kisah tentang betapa sulitnya ia tumbuh sebagai anak seorang montir mesin tik yang pas-pasan dan ditakdirkan sebagai 'berdarah penjajah' (saat itu segala hal yang berhubungan dengan Belanda masih dianggap aib dan musuh bersama). Jiwanya berontak saat ia merasa ditinggalkan ibunya. Namun kejadian demi kejadian perih dalam hidup membuatnya kuat (memang pada dasarnya ia orang yang berperangai kuat dan keras) serta bertahan pada cita-cita, mengikuti suara hati. Dan akhirnya, seiring kedewasaan dan pemahaman yang berkembang, ia menyadari kekeliruan yang pernah disimpan rapi dalam sudut dendamnya. Ada kisah Sugeng yang meski hanya memiliki satu kaki dan hidup sederhana, tapi mampu membuat kaki palsu murah demi membantu orang yang senasib dengannya tapi tak memiliki dana lebih buat membeli kaki palsu. Ia tak luruh menangisi nasib melainkan bangkit menolong, tak hanya dirinya sendiri, bahkan mampu menginspirasi banyak orang. Ada pula kisah anak-anak yang terkena kanker, kisah Kangen Band yang dicemooh sebagai band kampungan dan mencemarkan aliran musik Indonesia, oleh sebagian kawan musisi, namun di buku ini Andy mengajak pembaca (dan penontonnya) untuk memandangnya, bukan dari sudut logika dan kasat mata, melainkan dari sisi 'ruh'-nya, semangat kemanusiaan, membuka mata hati agar saling menerima dan menghargai perbedaan, membangun kesetiakawanan antarsesama. Juga semangat memaafkan.

Rasanya, di shaum keenam Ramadlan kali ini, saya perlu kembali mengasah kepekaan hati dan jiwa agar semakin peka mengenali dan memahami setiap peristiwa keseharian, yang kecil-kecil, supaya saya mampu menjumput hikmah yang Allah siapkan didalamnya. Bukankah, sekali lagi, seluruh peristiwa di dunia ini tak ada satupun yang kebetulan? Tinta sudah mengering. Semua telah selesai dituliskan! Kitalah yang harus berfikir ...

Senin, 24 Agustus 2009

Shaum Kedua : Gerakan Mukena Bersih



Bismillaahir rahmaanir rahiim,

Setiap iftitah dalam sholat, doa awal kita adalah memohon dijauhkan dari kesalahan, khilaf dan dosa sebagaimana dijauhkannya Timur dan Barat, mohon dibersihkan jiwa kita laksana bersihnya kain yang putih dari kotoran. Setidaknya minimal lima kali dalam sehari semalam lisan kita menghiba untuk kebersihan dan kesucian jiwa melalui doa iftitah. Rintihan itu mustahil berdampak pada sikap keseharian apabila ia tak diiringi dengan upaya membersihkan diri secara lahir. Siapa sih orangnya yang tak ingin selalu nampak bersih dan rapi? Mendirikan sholat dalam keadaan suci dan memakai pakaian serta mukena atau sarung (bagi pria) selain sebuah kewajiban adalah juga sebuah kenyamanan .

Sayang, banyak orang peduli hanya pada kebersihan diri sendiri, lupa akan sekitar. Banyak orang, termasuk saya, hanya bisa menyayangkan melihat onggokan mukena yang menumpuk di lemari mushola (umum) dalam keadaan kotor, sehingga untuk memakainya pun kita tak 'tega', kalaupun terpaksa memakainya sering tanya mengusik hati, apa iya sholat saya sah kalau mukenanya kotor?
Paling banter saya cuma bisa bilang ke pengurus mushola (itupun kalau kebetulan ketemu) bahwa mukena-nya harus segera dicuci.

Tapi hari ini saya lega. Pagi kedua di bulan harum surga, saya tersentak saat melihat dan mendengar wawancara di layar televisi. Empat orang ibu-ibu cantik berjilbab tengah berbincang tentang sebuah gerakan moral, yang bagi sebagian orang barangkali tidak terpikirkan, yakni meminimalisir mukena-mukena kotor yang kerap kita temui di sejumlah tempat umum (mushola dan masjid). Wah, sungguh sebuah gerakan yang patut didukung...

Saya baru saja mengetahui program mulia bernama Gerakan Mukena Bersih ini, meskipun ternyata sejatinya ia sudah ada sejak tahun 2008 lalu. Setelah berselancar di lautan google, saya menemukan apa dan bagaimana program ini dijalankan. Dengan memohon keikhlasan pengelolanya, www.gerakanmukenabersih.blogspot.com, serta sedikit edit di sana-sini, saya menyajikan ini untuk sobat blogger semua.

Apa sih sebenernya Gerakan Mukena Bersih itu?
GMB adalah sebuah Program Pembelajaran Nilai-Nilai Islami dalam kehidupan nyata sehari-hari dengan memastikan tersedianya mukena yang bersih di tempat ibadah umum (mushola & mesjid).
Sunnah Rasul saw yang berbunyi : "Kebersihan adalah bagian daripada iman", yang mensyari'atkan kebersihan spiritual melalui kebersifan fisik adalah tujuan akhir dari program GMB.
Program yang bersifat nirlaba dan berbasis relawan ini, dirancang sesederhana mungkin sehingga dapat menyentuh berbagai unsur dan kalangan di masyarakat.
Dua (2) kegiatan utama GMB adalah pengadaan mukena (Paket GMB) yang diupayakan dengan berbagai kegiatan penggalangan dana dan pemeliharaan mukena oleh para Relawan Pemelihara.

“Khairun nas anfauhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Menjadi seorang yang bermanfaat atau yang berarti bagi manusia adalah sebuah nilai spiritual yang sangat tinggi, karena prinsipnya manusia tidak diciptakan oleh Allah sebagai manusia yang individualis, namun makhluk yang komunal, atau makhluk yang bermasyarakat,” ujar Ustd. Husein Shahab.

Sementara itu, untuk pemeliharaan mukena, Gerakan Mukena Bersih (GMB) melakukan berbagai kegiatan sosialisasi untuk menerima pendaftaran para relawan pemelihara. Sosialisasi GMB dilakukan kapan dan dimana saja di berbagai komunitas di masyarakat seperti di pengajian-pengajian.

Relawan Pemelihara adalah seseorang yang memahami tujuan dan manfaat program GMB secara menyeluruh, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Yang oleh karenanya, berpartisipasi mendukung kegiatan ini dengan memberikan komitmen memelihara mukena yang diamanahkan kepadanya bagi tempat umum di lingkungan terdekatnya (rumah, tempat kerja, kampus, sekolah, pusat perbelanjaan, dll.) dengan tukar cuci secara berkala.
Bagi para pendukungnya, GMB memiliki beberapa dimensi pembelajaran yang meliputi; pencitraan Islam di tanah air, kesungguhan-ketulusan-kedisiplinan dalam mengemban amanah serta kebersamaan dalam belajar kebaikan hidup dunia-akhirat.
Sebagai bentuk tanggung jawab GMB kepada para pendukungnya, GMB didukung oleh support system yang terdiri dari data base, data tracking, pendampingan bagi relawan, evaluasi program maupun berbagai kegiatan komunitas GMB seperti pengajian (tausyiah) dan tour mesjid-mushola.

Bagi saya ini sungguh gerakan yang mulia. Sebab nyatanya masih banyak mukena yang lusuh dan kotor meski ia ada di lemari mushola mall yang mewah.
Ohya, sobat bagi yang mau bergabung ini alamatnya : E-mail : mukenabersih@yahoo.co.id

Sobat blogger, inilah catatan saya hari ini. Mungkin sudah basi bagi sebagian orang, tapi biarlah ... bukankah tak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan?

Kamis, 28 Mei 2009

If You Can Dream It, You Can Do It !


Seringkali, saat kita memiliki impian, keinginan, cita-cita, harapan, atau apapun namanya, saat itu pula kita harus berperang dengan diri sendiri untuk meyakinkan diri bahwa kita akan mampu meraih impian tersebut. Kedengarannya aneh, ya. Kita yang mau kok kita sendiri yang membunuh kemauan itu! Disadari ataupun tidak, diakui ataupun tidak, begitulah kebanyakan manusia. 

 Bila ditanya, saya yakin semuanya tak ingin masuk dalam kategori manusia kebanyakan itu. Iya, kan? Kita maunya termasuk dalam golongan manusia yang mampu mengalahkan getar-getar negatif yang merongrong eksistensi kita sebagai manusia yang berakal dan berbudi. Yang mampu membangun harapan menjadi kenyataan. Lalu bagaimana caranya agar kita bisa?

 Hasil-hasil riset mutakhir tentang otak menunjukkan bahwa otak manusia baru akan berfungsi secara optimal apabila diri si pemiliki otak berada dalam keadaan yang menyenangkan. Kata Tony Buzan – seorang penemu metode mencatat yang revolusioner bernama ‘mind maping’ – “otak manusia itu baru digunakan sebesar satu persen!” Oleh sebab itu Buzan pula yang menyatakan bahwa otak manusia itu bagaikan raksasa yang sedang tidur. (Mengubah sekolah : Hernowo, hal 48, MLC, 2005)

 Apakah kita dapat membangunkan raksasa tidur yang berada di dalam diri kita? Kalau memang bisa, bagaimana cara membangunkannya? Nah, untuk membangunkan raksasa tidur di dalam diri kita, kita perlu mengetahui lebih dulu cara-cara bekerjanya otak kita.

 Berdasarkan buku-buku yang ditulis oleh para pakar pendidikan serta pakar tengkorak dan otak, seperti Eric Jensen (Brain-Based Learning=Belajar Berbasiskan Otak), Taufik Pasiak (Revolusi IQ/EQ/SQ : Antara Neurosains dan Al-Qur’an & Membangunkan Raksasa Tidur) serta pemaparan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (Quantum Learning) - saya harus berterima kasih kepada Bapak Hernowo – dapat disimpulkan bahwa emosi positif (yaitu keadaan yang menyenangkan, merasa nyaman dan tidak tertekan) dapat mendorong seseorang untuk membangun kekuatan otaknya. Dan tentu, kekuatan otak ini akan memudahkan seseorang meraih keberhasilan. Sebuah keberhasilan tentu saja akan mampu menciptakan kehormatan diri. Demikian seterusnya berulang sehingga semakin lama orang tersebut akan mampu meningkatkan dirinya.

 Jadi, apabila dalam benak kita terbayang sebuah cita-cita atau keinginan yang sangat jelas (sesuatu yang membuat kita senang), niscaya kitapun akan terdorong untuk menindaklanjuti apa yang kita gambarkan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari kita.

 Inilah sesungguhnya bentuk motivasi tertinggi. Motivasi tertinggi itu digali dari dalam diri kita! Ia dibangun melalui kekuatan pikiran yang positif, bukan semata datang dari pengaruh luar. Bisa jadi pengaruh itu datang dari luar diri kita, namun motivasi internallah ( dari diri sendiri) yang akan membakar semangat kita untuk melakukan sesuatu hingga titik darah penghabisan.

 So, if you can dream it, you can do it. Walt Disney mengatakan itu, dan ia telah membangun impiannya menjadi sebuah kerajaan film yang mendunia. Anak bangsa ini, Andrea Hirata, pun menulis bahwa tak memiliki cita-cita adalah musibah terbesar dalam hidup. Tetaplah bermimpi, dan raihlah! Dan, manfaatkan raksasa dalam diri kita agar kita lebih ‘hidup’.

 Mengapa kita tidak ? Teruslah bermimpi dan berusaha mewujudkan mimpi itu, sebab kita layak untuk mendapatkan apa yang kita mau!