Tampilkan postingan dengan label energi fosil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label energi fosil. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Mei 2014

Peluang dan Tantangan Pengembangan Shale Gas di Indonesia

Indonesia negara yang pada tahun dekade 70 - 80 dikenal sebagai salah satu pengekspor minyak dunia (OPEC). Puncak dari produksi minyak telah terlewati, saat ini sebagian besar telah terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan. Sayangnya saat ini indonesia berubah menjadi negara pengimpor bahan bakar minyak. Ketergantungan terhadap minyak ini mengakibatkan neraca perdagangan indonesia defisit. Diperkirakan hampir 500 milyar rupiah dikeluarkan setiap hari untuk mensubsidi BBM ini. Kebutuhan energi yang meningkat ini sayangnya tidak diimbangi dengan hasil produksi minyak.
Saat ini produksi minyak indonesia berkisar antara 800-850 ribu per hari yang tidak mencukupi kebutuhan negara indonesia yang mencapai 1,2-1,3 juta barel minyak per hari. Kurangnya kegiatan pencarian baru menjadi salah satu penyebab merosotnya hasil produksi indonesia. Salah satu potensi penambahan energi minya dan gas ini dapat berasal dari shale oil / gas. Sayangnya baru negara Amerika yang berhasil dalam mengembangkan energi ini. Selain masalah teknologi, dampak lingkungan, peraturan shale gas,  ini masih belum dibuat karena masih baru berkembang . Oleh karena itu potensi dari shale gas ini sangat dapat dimanfaatkan untuk memambah pasokan minyak indonesia. Berikut ulasan tentang peluang dan tantangan dalam pengembangan shale gas.

1. Potensi Shale Gas Indonesia sebesar 574.07 Tcf


Potensi shale gas di berbagai cekungan indonesia (Badan Geologi, 2011).

potensi shale gas ini sebagian besar di wilayah barat terutama cekungan di pulau sumatra , jawa , dan Kalimantan. Pada cekungan di pulau sumatra diperkiran sebesar 233.05 Tcf, pulau Jawa sebesar 47,64 Tcf, dan pulau Kalimantan sebesar 193,93 Tcf. Sebagian besar potensi berada di cekungan yang telah terbukti menghasilkan minyak dan gas konvensional seperti cekungan sumatra utara, cekungan sumatera tengah, cekungan sumatra selata, cekungan north west java, cekungan north east java, cekungan Kutai, cekungan Barito. cekungan Tarakan , dan Cekungan Bintuni.

2. Beberapa Potensi Cekungan Telah Dipetakan

Berbeda bila kita mengekplorasi cekungan baru untuk mencari oil dan gas secara konvensional potensi Shlae gas dapat ditemukan melalui beberapa cekungan yang telah di ekplorasi dan diekploitasi antara lain Cekungan Sumatra Tengah, Cekungan Sumatra Selatan, Cekungan West Java, East Java , Cekungan Kutai, Barito dan Tarakan. Badan Geolgi telah mengindentifikasi beberapa formasi/ batuan yanga dapata dijadikan sebagai sumber shale gas antara lain. 

Formasi Bampo, Pematang, Baong, Telisa dan Gumai di Pulau Sumatra. 

Kesebandingan Stratigrafi Cekungan Pulau Sumatra
 (Barber et al 2005 op.cit. Badan Geologi 2010)
Sedangkan di Cekungan Jawa Barat potensi terbesar di formasi Cibulakan Atas sedangkan di Cekungan Jawa Timur berupa Formasi Ngimbang, tuban dan Wonocolo.

Kesebandingan Stratigrafi Cekungan Pulau Jawa
 (Indonessian Basins Summaries 2006 op. cit Badan Geologi 2010)
Untuk cekungan yang berada di Pulau Kalimanta antara lain Cekungan Kutai dengan Pulau Balan dan Pamaluan, Cekungan Barito dengan Formasi Tanjung Atas dan Warukin bawah. Cekungan Tarakan dengan Formasi Sembakung dan Mangkubua. 

Kesebandingan Stratigrafi Cekungan Pulau Sumatra
 ( Badan Geologi 1993 op cit Indonessian Basins Summaries 2006 op cit Badan Geologi 2010)
Sedangkan Potensi Shale di Wilayah Timur antara lain di Cekungan Bintuni dengan Klasafet , Cekungan Salawati, Buton, Seram dan Misol.

3. Kebutuhan Energi Indonesia yang Meningkat

Dengan pertumbuhan ekonomi yang mecapai 5-6 % kebutuhan akan energi juga bertambah. Selain itu Bonus demografi dan meningkatnya daya beli masyarakat indonesia terutama kelas menengah harus ada diimbangi kecukupan persediaan energi. Sayangnya sebagian besar hasil ekploitasi energi kita masih ekspor prioritas sehingga dikuatirkan akan ada kelangkaan persediaan energi oleh karena itu dibutuhkan adanya investasi di bidang energi terutama Shale Gas. Komposisi konsumsi energi primer di Indonesia masih 54,4 persen dari minyak bumi (PEN 2005-2025), menyusul gas bumi, batu bara (14,1 persen), PLTA (3,4 persen), panas bumi (1,4 persen), dan energi terbarukan lainnya (0,2 persen)

Proyeksi sumber gas Indonesia (Wood Mackenzie)

Berdasarkan data dari Wood Mackenzie peranan dari konvensional energi akan berkurang digantikan oleh sumber energi dari unconventinal terutama shale gas, Tight gas, dan CBM. Oleh karena itu untuk mencapai itu dibutuhkan eksplorasi dan penelitian yang secara intensif dalam bidang shale gas ini.

Prediksi Kebutuhan Gas Indonesia (Hok So Wah, 2012)

Sebagian besar kebutuhan gas indonesia dibutuhkan untuk  pembangkit listrik, Pabrik pupuk, transportasi, dan perusahaan kimia. diharapkan shale gas dapat menjadi salah satu diversifikasi energi di inonesia selain minyak bumi. dengan kebutuhan yang tinggi dan menurunya produksi gas konvensional, diharapkan shale gas dapat menutupinya

4. Teknologi Pengembangan Shale Gas

Pengekstrasian potensi shale gas berbeda dengan mmintak dan gas konvensiaonal . di dalam pengembangan shlae gas dibutuhkan pengeboran horizontal mengikuti lapisan shale. Sedangkan gas konvensional berupa horizontal drilling. Karena itu dibutuhkan teknologi pengeboran yang dapat mengebor menyamping. 

Cebakan shale Gas (wikipedia)

Selain pengeboran di dalam pengembangan shale gas diperlukan proses fracking (pemecahan batuan) untuk melepaskan material gas yang terperangkap di batuan shale. Teknologi ini sayangnya masih belum dikuasai indonesia, sehingga diperlukan alih teknologi. 

Teknologi Fracking di Shale Gas (National Geografic , Maret 2013)
Teknologi fracking ini menggunakan tekanan air sehingga dapat memecah batuan shale. Setelah dibuka fracking gas akan mulai mengalir ke pipa dan keluar ke atas. 

5. Faktor Lingkungan

 Di negara amerika serikat pengembangan shale gaas mengakibatkan beberapa masal lingkung di air tanah, pencemaran udara, dan adanya pergerakan tanah. Salah satu paling penting yaitu masalah lingkungan air karena pada saat proses fracking/ pemecahan dibutuhkan berjuta galon air untuk di injeksikan ke dalam batuan. Selain itu kandungan bahan kimia diduga juga mencemari zona air bawah tanah sehingga tidak dapa dikonsumsi. Majalah National Geographic bulan Maret 2013 mengangkat isu faktor lingkungan ini sebagai topik utama.

Isu Shale Gas di National geographic maret , 2013
Selain Pencemaran air, gas hasil pemecahan batuan shale ditenggarai bocor ke permukaan sehingga mengakibatkan lepasnya gas metana ke atmosfer, dan mengakibatkan adanya pencemaran udara.
selain itu kegiatan fracking dan crack ditenggarai juga memicu adanya penurunan tanah dan gempa bumi. hal ini terjadi di amerika sebagai pionir pengembangan shale gas. Diperkirakan fracking pada batuan ini yang memicu adanya pergerakan tanah/ gempa. Beberapa daerah di amerika melaporkan adanya hubungan fracking dengan gempa yang terjadi antara lain Ohio , Amerika Serikat.
Gempa Bumi yang terjadi di Ohio , USA. Diperkirakan akibat kegiatan eksploitasi shale gas.

6. Hukum dan Perundangan yang Berlaku di Indonesia

Saat ini indonesia belum memiliki undang - undang yang mengatur secara spesifik tentang eksplorasi, eksploitasi dan bagi hasil pengembangan shlae gas. Oleh karena itu dibutuhkan undang-undang/peraturan tentang shale gas. Sehingga investor tertarik untuk menanamkan modal dalam penegembangan shale gas di Indonesia. saat ini pembagian dalam undang - undang migas konvesional mensyaratkan bagi hasil sebesar 30 untuk investor dan 70 untuk negara. Untuk itu perlu diberikan semancam intensif bagi investor yang menanamkan investasi di Indonesia. Berbagai macam intensif dapat diberikan antara lain berupa pemotongan pajak atau menaikkan bagi hasil menjadi 40 - 50 % bagi investor di Indonesia. Diharapkan legislasi / peraturan shale Gas dapat segera dibuat agar ada kepastian hukum bagi penegmbang Shale gas.

Konsep Hukum pengembangan shale gas Indonesia (Kemen ESDM)

Diharapkan pada tahun 2020 - 2025 shale gas ini dapat berperan sebagai salah satu sumber energi bagi negara Indonesia. Sehingga anacaman defisit energi di Tahun 2025 dapat dicegah. itulah berbagai peluang dan tantangan pengembangan shale gas di Indonesia.

7. Infrastruktur Pengembangan Gas

Untuk saat ini infrastruktur pipa gas sebagian besar berada di bagian barat indonesia. Sedangkan di bagian timur Indonesia belum terlalu berkembang sehingga di butuhkan investasi yang besar di bagian timur indonesia. Gambar dibawah merupakan peta jaringan pipa gas yang ada maupun rencana pengembangannya. Sebagian besar berada di bagian barat mulai dari Pulau Sumatra hingga Jawa.

Peta Jaringan gas Indonesia (Kemen ESDM)


Saat ini Jaringan Gas sebagian besar untuk mensuplay pembangkit listrik , pupuk, dan petrokimia yang ada di pulau di Jawa dan jaringan gas untuk ekspor terutama ke singapura. Nantinya diharapkann Jaringan gas dapat berkembang  terutama menghubunkan Pulau Kalimatan yang memiliki potensi besar dengan permintaan di pulau jawa.
Referensi

mass potential = shale gas, The oil and gas year indonesia 2012

Hok So Wah, Indonesia's opportunity in the development of Unconvetional gas resources , world gas Conference , Kuala Lumpur 2012.

R Sukyar dan R . Fakhruddin 2013, Unconventional Oil and Gas Potential in Indonesia with Special Attention to Shale Gas andCoal-bed Methane ; Badan Geologi

National Geographic, Maret 2013

A. Edy Harmantoro,Opportunities, Challenges and Strategies in Monetizing Indonesia's Shale Gas : Kementrian ESDM

Rovicky Dwi Putrohari , Shale Gas for Indonesia : IAGI

Read More

Rabu, 25 Desember 2013

Apa itu CBM (Coal Bed Methane) ?

CBM telah dikenal lama oleh para pekerja tambang batubara terutama pada penambangan bawah tanah (underground) sebagai gas tambang. Gas tambang ini sering kali mencelakai pekerja tambang. Gas tambang / CBM ini dianggap sebagai penyebab ledakan dan longsor di dalam tambang batubara.


Saat ini Gas tambang ini dapat dimanfaatkan dan diambil sebagai energi gas. Sehingga gas tambang ini tidak mencelakai para pekerja tambang. Selain itu gas tambang metana yang keluar merusak atmosfer dapat dicegah


CBM juga dikenal sebagai coal seam gas (CSG) atau coal seam natural gas (CSNG). Batubara memiliki lapisan-lapisan berisi gas alam dengan kandungan utamanya metana atau methane (CH4) yang disebut CBM. CBM (Coal Bed Methane) adalah gas metana yang dihasilkan selama proses pembatubaraan dan (tetap) terperangkap dalam batubara. Gas tersebut dapat terbentuk secara biogenik maupun thermogenik (dalam eksplorasi CBM yang dicari adalah thermogenik). Ciri fisiknya gas ini: tak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, tapi ketika bercampur dengan udara bisa tiba-tiba meledak (mudah terbakar).


CBM terbentuk bersama air, nitrogen dan karbondioksida ketika material tumbuhan tertimbun dan berubah menjadi batubara karena panas dan proses kimia selama waktu geologi yang sering disebut dengan coalification.
  

Gambar 1. Proses Pembatubaraan



Produksi pada methane dari lapisan batubara dibagi menjadi 3 tipe proyek :


1.            Coal bed methane


2.            Coal mine methane


3.            Enhanced coal bed methane.

Setiap proyek memiliki kesempatan dan persoalan-persoalan yang berbeda




Gambar 2. Tipe Pengembangan CBM

Karakter dari batubara yang baik untuk produksi CBM :

  1. Kandungan gas tinggi :15m3-30m3 per ton
  2. Permeabilitas yang baik : 30mD-30mD.
  3. Dangkal : lapisan batubara < kedalaman 1000m. Tekanan pada kedalaman yang berlebih terkadang sangat tinggi dan telah mengalami penguapan. Hal ini disebabkan tekanan tinggi menyebabkan adanya struktur cleat yang menyebabkan penurunan permeabilitas. 
  4. Ranking batubara : kebanyakan proyek  CBM memproduksi gas dari batubara bituminus, tetapi hal ini dapat mungkin terjadi di Antrasit. Semakin bertambah kuantitasnya dari gambut hingga medium volatile bituminous rank, lalu berkurang hingga antrasit. Jadi, dari low rank coal pun sudah punya CBM (umumnya kualitas batubara di Indonesia kita adalah low rank). Tentu saja kuantitas gas akan semakin banyak jika lapisan batubaranya semakin tebal.

     Pada prinsipnya, sejumlah banyak cbm tersimpan dalam coal matrix secara adsorption, yang arti mudahnya adalah 'gas menempel di dalam pori-pori coal matrix' (ada juga sih cbm sebagai free gas atau gas yang tidak menempel pada coal matrix). Cara terkandungnya cbm ini berbeda dengan cara tersimpannya conventional gas. conventional gas tersimpan secara compressed (sebenarnya sama saja dengan free gas). Jadi, lapisan batubara pada target eksplorasi cbm selain berperan sebagai reservoir, juga berperan sebagai source rock (tidak ada migrasi seperti pada conventional gas). 

     CBM dapat keluar (desorption) dari coal matrix melalui cleat (bidang rekahan dengan merendahkan pressure (air) pada target lapisan. Hubungan antara kuantitas cbm yang tersimpan dalam coal matrix terhadap pressure dinamakan Kurva Langmuir Isotherm (proses tersebut berada pada suhu yang konstan terhadap perubahan pressure). Tekanan tersebut direndahkan dengan cara memompa air (dewatering). Jadi, sejumlah banyak air juga akan diproduksikan dan ini menyebabkan kalau mengeksploitasi CBM akan berhadapan dengan environmental challenge, karena banyaknya air yang diproduksi.

    Gamabr 3. Bidang Rekahan di Bidang Batubara
Read More

Selasa, 15 Oktober 2013

Gas CBM pertama indonesia siap untuk diproduksi

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Hadi Prasetyo mengatakan hari rabu, Virginia Indonesia Co. (VICO) yang mengoperasikan blok Sanga-Sanga, akan menyuplai CBM pembangkit listrik tenaga gas di Sangatta, Kalimantan TImur.

Pembangkit Listrik Sangatta dimiliki oleh PLN. Pembangunannya selesai akhir tahun 2012.
VICO, joint venture antara perusahaan besar Inggris dan Italia, BP dan ENI, akan menyuplai setengah juta Standar Kaki Kubik per Hari (mmscfd) CBM dari 15 sumur di blok Sanga-Sanga.
Pembangkit listrik tersebut mampu menghasilkan listrik antara 2-4 megawatts.


"Pembangkit listrik tenaga CBM akan menyediakan listrik bagi sekitar 4000 rumah tangga di wilayah sekitarnya." menurut Hadi saat rapat antara regulator dan eksekutif VICO Indonesia di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Dengan menyuplai CBM ke pembangkit listrik tersebut berarti VICO akan memaksimalkan proses dewatering dari sumur-sumurnya.

Produksi CBM di Indonesia masih sangat rendah karena sebagai besar proyek-proyek masih dalam tahap eksplorasi atau proses dewatering.
Humas VICO Indonesia Lies Tjokro dalam sela-sela rapat mengatakan perusahaannya akan terus mengevaluasi cadangan-cadangan CBM di blok Sanga-Sanga selama tiga tahun ke depan dan terus menyuplai gas ke pembangkit tenaga listrik tersebut.
"Saya belum bisa mengkonfirmasi berapa banyak CBM yang dapat diproduksi di tahun-tahun ke depan karena kami masih butuh tiga tahun untuk mengkaji sebelum mengirimkan rencana pengembangan ke SKK Migas," menurutnya.

Blok Sanga-Sanga, yang dioperasikan VICO, menyediakan gas konvensional ke PLTG Bontang.
Kontrak Kerja Sama Blok Sangatta berakhir tahun 2018 namun, menurut SKK Migas, belum ada proposal dari operator sekarang untuk memperpanjangnya.
CBM merupakan gas natural yang diekstraksi dari batu bara dan salah satu sumber energi baru di negara-negara seperti Kanada dan AS. Gas yang terkandung dalam CBM sebagian besar Metana dan Etana, Nitrogen, Karbon DIoksida dan beberapa jenis gas lainnya. Elemen intrinsik dari jenis batu bara tersebut menentukan jumlah gas yang dapat dihasilkan.
Cadangan CBM Indonesia diperkirakan sekitar 453 juta kaki kubik (cubic feet), yang banyak terdapat di Sumatera dan Kalimantan.

Saat ini Indonesia, yang keluar dari OPEC tahun 2008 setelah menjadi importir bersih minyak, bersandar pada bahan bakar fosil dan bersubsidi untuk menggerakan banyak pembangkit listrik dan sedang beralih dari sumber energi tradisional seperti batu bara sebagai pembangkit listrik dan juga mengembangkan sumber energi alternatif.
CBM dan pembangit listrik tenaga panas bumi adalah hasil pengembangan terkini namun belum menunjukan banyak kemajuan.
Perusahaan-perusahaan lain juga sedang mengembangkan energi berbasis CBM, termasuk BUMN yang bergerak di sektor energi, PT Pertamina dan perusahaan publik PT Medco Energy International.

sumber :
http://www.thejakartapost.com/news/2013/03/21/first-cbm-fired-power-plant-start-operation-soon.html
Read More

Jumat, 05 Juli 2013

Shale Gas Sebagai Energi Murah Masa Depan

Saat ini dunia semakin membutuhkan energi sebagai penggerak kehidupan.   Saat ini hampir semua kegitan manusia memerlukan energi sebagai penggerak. Sebagian besar saat ini energi yang digunakan berasal dari conventional energy. Conventional energy ini berasal dari energi fosil Minyak , Gas dan Batubara. Sebagian besar minyak dan gas tersimpan di dalam batuan yang dinakaman reservoir. reservoir ini biasanya berupa batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas yang besar salah satu contohnya yaitu batupasir dan batugamping. Seiring dengan berkurangnya penemuan minyak dan gas di batuan reservoir, ilmuan mencari alternatif lainya salah satunya yaitu shale gas. 


Shale gas ini tersimpan pada batuan lempung (shale) sehingga permeabilitas batuan sangat kecil sehingga gas tidak dapat bergerak / berpindah ke batuan reservoir. Cara pengambilan shale gas ini berbeda dengan minyak dan gas pada umumnya. Pada umumnya minyak diambil / di bor secara vertikal sedangkan shale gas dibor secara horizontal mengikuti perlapisan batuan pembawa shale gas.


Skema pemboran pada shale gas (sumber)
Setelah dilakukan pemboran batuan , kemudian dilakukan fracturing (pembuatan rekahan) pada lapisan batuan tersebut untuk membebaskan gas yang terperangkap. kemudian gas yang telah bebas dialirkan ke
tempat penampungan. Shale gas ini telah dikembangkan di amerika , pada tahun 2010 shale gas ini telah menyumbangkan 20 % dari Natural gas yang dipakai. Diperkirakan pada tahun 2035 , Shale gas akan menyumbang 45% gas alam yang dipakai di amerika.

Salah satu kekhawatiran  masalah lingkungan hidup yang dihadapi shale gas yaitu pencemaran akifer tanah akibat dari proses fracturing pada pengambilan gas.
Referensi : 
http://en.wikipedia.org/wiki/Shale_gas
http://www.inspirasi-insinyur.com/2013/06/shale-gas-energi-baru-masalah-baru
http://www.bbc.co.uk/news/uk-politics-21925109
Read More

Jumat, 28 Juni 2013

Ketahanan Energi

Ketika dunia semakin membutuhkan energi fosil (minyak , batubara dan , gas) harga energi ini semakin meningkat. Peningkatan ekonomi negara maju dan berkembang semakin membutuhkan energi yang banyak. Ketahanan terhadap energi ini sangat dibutuhkan negara - negara industri seperti amerika, eropa ,jepang dan korea
. Perusahan dari negara tersebut bersaing untuk mendapatkan pasokan energi dari negara berkembanng seperti indonesia, timur tengah dan afrika. konsumsi energi yang besar ini diperlukan untuk menggerakkan ekonomi negara tersebut. Salah satu negara yang ekspansif dalam bidang energi yaitu china menggunakan batubara sebagai energi pembangkit listrik.



Peta Konsumsi energi negara di dunia


Peta tersebut mengambarakan konsumsi tiap negara di dunia. Negara industri/ maju menghabiskan lebih dari setengah energi di dunia. Kebutuhan dan perebutan energi ini mengakibatkan energi semakin mahal dan tidak terjangkau. Indonesia sebagai negara berkembang seharusnya memprioristaskan energi untuk dalam negeri agar tercipta industri dan lapangan kerja baru. Saatnya indonesia tidak mengekspor barang mentah (batubara, gas, mineral) tetapi menggunakannya untuk membuat barang jadi. Sudah satnya ketahanan energi kita diutamkan dan diperhatikan. Karena nantinya energi dan bahan pangan akan semakin mahal dan diperebutkan negara di dunia. 

Seperti perkataan Bung Karno :

"Gerak adalah sumber kehidupan, dan gerak yang dibutuhkan di dunia ini bergantung pada energi, siapa yang menguasai energi dialah pemenang".

Bung Karno berkata 

"Dunia akan bertekuk lutut kepada siapa yang punya minyak




Read More